Obsesi Wanita Asia untuk Kulit Putih
Ada pepatah Tiongkok “ketika seseorang adil, sebagian besar cacat fisik dapat diabaikan”. Meskipun pepatah ini jelas berlebihan, itu memberi petunjuk tentang pentingnya keadilan sebagai aksen keindahan di Asia.

Corak pucat porselen adalah yang paling diidam-idamkan dari semua ciri fisik wanita Asia. Survei sebenarnya menunjukkan bahwa sebagian besar orang Asia, baik pria maupun wanita, entah bagaimana mengasosiasikan kecantikan dengan kulit putih.

Pandangan yang berurat berakar ini berasal dari Tiongkok kuno ketika keadilan merupakan simbol status sosial. Pada zaman kuno, hanya anak perempuan dan istri orang kaya dan berkuasa secara politis yang mampu tinggal di dalam rumah. Petani yang menghabiskan hidup mereka bekerja keras di bawah sinar matahari akan memiliki kulit yang lebih gelap. Selain itu, seni awal di Cina dan Jepang selalu menggambarkan dewi dan kecantikan memiliki warna kulit seperti salju. Jadi secara tidak sadar, kulit pucat terkait dengan kekayaan, kehalusan dan feminitas.

Dalam mengejar keadilan, perempuan di masa lalu telah menemukan ratusan metode dan produk, mulai dari mencuci muka dengan air beras hingga mengolesi kotoran burung di wajah. Dengan kemajuan teknologi, wanita Asia saat ini mengandalkan bahan pemutih yang lebih canggih dan bahan kimia penghambat melanin seperti hydroquinone, Alpha Hydroxy Acids (AHA) dan merkuri. Menurut artikel "Krim Pemutihan: Fade to Beautiful?" diterbitkan oleh Northwestern University, penjualan produk pemutih kulit tumbuh dari $ 40 miliar menjadi $ 43 miliar pada 2008.

Angka-angka ini tidak sulit untuk dipahami ketika kita melihat hasil survei Asia Market Intelligence, yang mengungkapkan bahwa lebih dari 70% pria Asia lebih memilih wanita dengan corak yang lebih ringan. Sekitar tiga perempat pria Malaysia berpikir bahwa pasangan mereka akan terlihat lebih baik dengan kulit yang lebih putih. Lebih dari setengah wanita Asia menggunakan semacam pemutih kulit.

Namun, obsesi ini datang dengan biaya potensial. Banyak krim pemutih kulit mengandung bahan kimia yang kuat dan beracun. Zat pemutih kulit yang umum digunakan seperti kortikosteroid dan hidrokuinon mengupas lapisan luar kulit, memaparkannya pada sinar matahari yang berbahaya. Paparan sinar UV yang berkepanjangan pada gilirannya menyebabkan sejumlah masalah kesehatan yang mungkin terjadi.

Sebagai tindakan pencegahan, banyak wanita Asia memilih untuk mengambil jalan teraman saat menggunakan pemutih kulit, yang tidak terkena sinar matahari dan mengolesi tabir surya dengan SPF tinggi. Ironisnya, penelitian baru menemukan bahwa memakai tabir surya terus menerus dapat mengurangi kemampuan alami tubuh untuk membuat vitamin D, yang sangat penting untuk kekuatan tulang dan kebutuhan kesehatan lainnya.

Petunjuk Video: Mengapa Wanita Asia Lebih Suka Mempunyai Kulit Yang Putih Dan Cerah (Mungkin 2024).