Beijing Memberikan Perintah Perlindungan Sementara Pertama
Menurut Federasi Semua Wanita Cina, kekerasan dalam rumah tangga terjadi di lebih dari sepertiga rumah tangga di Tiongkok. Namun, masalahnya sebagian besar telah diabaikan - sampai sekarang. Kim Lee telah diberikan perintah perlindungan sementara pertama (TPO) di Beijing. Dalam mengejar TPO, Lee telah menyoroti isu yang memengaruhi ribuan perempuan Tionghoa dan komunitas mereka setiap tahun.

Kim Lee menikahi Li Yang pada tahun 2006. Lee, seorang Amerika dari Florida mengalami bertahun-tahun pelecehan dari suaminya dan tidak bertindak dari pihak berwenang. Putus asa untuk keadilan dan akuntabilitas, Lee mengesampingkan perasaan malu yang sering dikaitkan dengan selamat dari kekerasan dalam rumah tangga. Dia menggunakan Internet untuk mengadvokasi keadilan bagi dirinya sendiri. Lee memposting foto-foto grafis dari luka-lukanya dan merinci bagaimana suaminya terluka di forum publik, seperti Weibo, orang Cina yang setara dengan Twitter.

Setelah pertempuran perceraian selama 18 bulan, pengadilan Beijing memutuskan mendukung Kim Lee. Dia dianugerahi TPO, hak asuh atas tiga anak perempuan pasangan itu, kompensasi $ 8.000 untuk pelecehan yang dialaminya dan hampir $ 2 juta dalam penghakiman terhadap mantan suaminya.

Lee adalah kasus penting di Tiongkok di mana masalah kekerasan dalam rumah tangga dianggap sebagai masalah pribadi untuk tidak dibahas di depan umum. Faktanya, Li Yang, pendiri populer Crazy English, sebuah program pembelajaran bahasa Inggris yang tidak lazim, mengakui bahwa dia memukul istrinya selama pernikahan dan menyatakan terkejut bahwa dia akan membahas pelecehannya di depan umum. Mengingat popularitas Li Yang di Tiongkok, ketidakpeduliannya dan kelihatannya sama sekali tidak malu dalam perilakunya sangat jelas.

Masalah kekerasan dalam rumah tangga tidak hanya terjadi di Tiongkok. Sebanyak seperempat dari semua wanita AS akan mengalami kekerasan di tangan pasangan intim dalam hidupnya. Meskipun sistem hukum memang memberikan bantuan bagi para penyintas, sikap publik lambat untuk berubah. Terlalu sering ketika korban menjangkau mereka bertemu dengan rasa malu dan menyalahkan daripada dukungan. Ketika pelaku diidentifikasi, mereka sering dimaafkan oleh komunitas yang tidak ingin mempercayai seseorang yang begitu baik atau pintar (atau memasukkan atribut positif lainnya di sini) yang dapat menimbulkan rasa sakit emosional dan fisik.
Tidak ada alasan untuk kekerasan dalam rumah tangga. Tidak ada alasan kita tidak melakukan apa pun yang kita bisa untuk mengakhirinya.



Petunjuk Video: Soal 7 WNI yang Batal Dievakuasi, KBRI Beijing Pastikan Perlindungannya di Wuhan (Mungkin 2024).